Cerita Awal Mauk Pesantren

   Awal Masuk Pesantren

   Semenjak lulus dari sekolah dasar saya memang ingin sekali mondok biar pinter ilmu agama, walaupun sebagian orang pasti menganggap pondok itu seperti penjara yang mengekang kebebasan dan banyak sekali peraturannya. Bagi saya memang mondok itu penjara tapi penjara suci hehe.

  Alhamdulillahnya orang tua saya juga mengabulkan keinginan saya untuk mondok setelah lulus dari sekolah dasar. Akhirnya saya dan orang tua saya survei ke beberapa tempat, mulai yang terdekat sampai yang terjauh.

  Setelah melakukan survei ke beberapa tempat saya lebih memilih ke pesantren yang modern yang jarak nya dekat dari rumah  dan saya merasa cocok dengan pondok itu dan saya akan nyaman ditempat tersebut.

  Hingga harinya tiba saya berangkat ke pesantren diantar oleh ke dua orang tua saya. Hari pertama hari kedua dan bertahun tahun dipesantren saya merasa nyaman karena ini adalah keinginan saya sendiri saya merasa sangat betah di pondok ya meskipun ada rasa sedikit pingin pulang ke rumah hehe. 
  
Saya berada di pesantren selama 6 tahun lamanya, mulai dari SMP sampai SMA. Banyak sekali pengalaman kesan pesan yang saya dapat di pesantren. Bagi saya mondok di pesantren itu pengalaman yang paling istimewa karena pondok pesantren memberikan pengajaran yang sangat berarti. Hidup di pesantren itu mengajarkan saya bagaimana hidup mandiri, nyuci sendiri, bagaimana cara berinteraksi dengan banyak orang.

 Kegiatan di pondok itu memang sangat lah padat, mulai dari jam 3 pagi bangun untuk solat malam, di lanjut kemesjid untuk melaksanakan solat shubuh Berjamaah. Selain itu siap siap untuk ke sekolah Kebetulan pondok pesantren yang saya tempati adalah pondok pesantren modern jadinya, ada sekolahnya.  

 Ya sebenarnya hidup di pondok itu enak, cuma belajar, ngaji, sekolah, makan, dan tidur hehehe tapi kenapa banyak orang yang yang gak betah di pesantren termasuk temanku sendiri.

  Berbicara kebersamaan, di pesantren kebersamaan antar santri sangat kuat. Saya ingat, sewaktu ketika ada orang tua santri yang datang menjenguk untuk mengunjungi anaknya, pasti wali santri tersebut membawakan nasi untuk anaknya dan santri lainnya yang tinggal sekamar. Dari bungkusan itulah kebersamaan santri sangat terlihat, sebelum makan kami menyatukan bungkusan nasi menjadi satu sehingga bisa makan bersama sama, sampai berebut karena saking ramainya, tapi itu sudah menjadi hal biasa sehingga menjadikan menjadikan sebuah kebersamaan menjadi erat.

 Waktu terus berjalan hingga akhirnya saya lulus dari pondok pesantren. Suka dan duka, pahit manis sudah kurasakan selama 6 tahun di pondok.
 
Yang terakhir pokonya saya bangga pernah hidup di lingkungan yang amat berarti ( pondok pesantren alfurqon)
   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH PENINGGALAN PRABU KIAN SANTANG