SEJARAH PENINGGALAN PRABU KIAN SANTANG

  SEJARAH PENINGGALAN PRABU KIAN SANTANG

(Kabuyutan Ciburuy Kecamatan Bayongbong Garut)



ABSTRAK. artikel ini di buat atas hasil penelitian dari situs purbakala Kabuyutan Ciburuy Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut. Beberapa hal yang di kemukakan terutama terpokus pada hasil penelitian di lapangan. Menyangkut keberadaan lokasi tentang situs kabuyutan ciburuy yang terdapat benda-benda pusaka yang peninggalan Prabu Kian Santang, dan ada keunikan yang terdapat di kampung ciburuy  yaitu ada beberapa orang yang terjangkit kelainan di kulit nya, yang biasa di sebut Albino. Yang konon katanya ada keturunan Belanda. ternyata keberadaan situs kabuyutan ciburuy ini telah di catat oleh N.J Kromdalam laporannya yang berjudul Rapporten van de oudheidkundigen diens in nederlandsch indie (ROD,1914).

Kata Kunci : Kabuyutan, Ciburuy, Peninggalan

THE HISTORY OF PRABU KIAN SANTANG'S LEAVES

(Kabuyutan Ciburuy, Bayongbong Garut District)

ABSTRACT. This article was created based on the results of research from the ancient site of Kabuyutan Ciburuy, Bayongbong District, Garut Regency. Some of the things that are put forward are mainly focused on the results of research in the field. Regarding the existence of the location of the Ciburuy Kabuyutan site where there are heirlooms left by King Kian Santang, and there is something unique about this Ciburuy village, namely that there are some people who have contracted abnormalities in their skin, which are usually called Albinos. It is said that he is of Dutch descent. it turns out that the existence of the Ciburuy Kabuyutan site has been noted by N.J Krom in his report entitled Rapporten van de oudheidkundigen diens in nederlandsch indie (ROD, 1914).

Keywords : Kabuyutan, Ciburuy, Relics

PENDAHULUAN

Kampung Ciburuy terletak di kaki gunung Cikuray. Tepatnya di Desa Pamalayan Kecamatan Bayongong, Garut. Jaraknya sekitar 23 kilometer dari kota Garut.kita dapat mengunjungi Kampung Ciburuy ini dengan menempuh jalan Desa Cinisti. Kami tertarik meneliti tempat ini karna di landaskan dengan Adanya peninggalan Prabu Kian Santang Dan Isu-isu yang beredar yang katanya kampung Ciburuy ini ada sangkut pautnya dengan keturunan Belanda.

Istilah kabuyutan dalam kosa kata bahasa Sunda berasal dari kata dasar buyut mendapat konfiks ka–an (‘dianggap’) yang mengandung arti: (1) urutan keturunan genealogis yang ke-4 (ego-ayah/ibu-kakek/ nenek-buyut), (2) pamali (tabu), suci, angker, sakti. Dalam kehidupan sehari-hari sebagian masyarakat Sunda, kata atau istilah kabuyutan kini dapat disinonimkan dengan istilah karamat, dua kata yang sudah sangat akrab, baik di telinga maupun dalam kepercayaan. Kedua kata itu berasal dari dua bahasa yang berbeda; kabuyutan merupakan kosa kata Sunda pituin (asli) sedangkan karamat berasal dari kosa kata Arab (karamah). Kedua kata atau istilah itu memiliki kedudukan yang khas bagi masyarakat Sunda. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa, baik kabuyutan maupun karamat umumnya mengacu kepada nama suatu tempat yang oleh masyarakat dianggap mempunyai kesaktian, bertuah, angker, atau suci.. Namun, pada kesempatan ini yang lebih menarik adalah sebuah Kabuyutan Ciburuy yang berada di wilayah Bayongbong Garut. Bagaimanakah bisa terdapat Peninggalan-peninggalan Prabu Kian Santang di Kampung Ciburuy ini?



Bumi Patamon yang biasa di gunakan untuk pertemuan dan menerima tamu


HASIL DAN PEMBAHASAN

Kampung Ciburuy ini terletak di kaki Gunung Cikuray, tepatnya 3,6 KM dari alun-alun Bayongbong, buat menempuh kesana tentunya tidak begitu mudah di karnakan jalan nya yang menanjak dan tidak ada Angkutan Kota kesana. Jadi buat menuju kesana kita memerlukan kendaraan pribadi agar memudahkan menuju lokasi tersebut. Luas daerah kabuyutan ciburuy ini sekitar satu hektar 

Konon katanya Kampung Ciburuy ini tempat persinggahan Prabu Kian Santang yang di mana Prabu kian santang ini bersemedi di tempat ini, juru kunci disana menceritakan bahwa prabu kian santang dulun nya seorang yang menganut agama hindu sebelum masuk ke islam, Karna beliau tidak ada satu orang pun yang bisa mengalahkan beliau, lalu ada seorang kakek tua yang menyarankan beliau untuk pergi ke tanah suci mekah untuk menemui Syaidina Ali, akhirnya beliau nenutuskan untuk pergi kesana, di tengah perjalanan dia ketemu sama kakek tua yang mengajak beliau untuk pergi ke tana mekan bersama-sama. Di tengah perjalanan kakek tua memberi tahu prabu Kian Santang bahwa tongkat nya ketinggalan, Akhirnya prabu kian santang memutuskan untuk kembali ke tempat pertemuan dengan kakek itu. Sesampai nya disana beliau tidak bisa mengangkat tongkat tersebut sampai dia mengeluarkan semua ilmunya atau keahlianya, dan sampai dia kehabisan tenaga tongkat tersebut tidak goyang sedikitpun. Si kakek tua datang sambil mengangkat tongkat tersebut sambil mengucapkan dua kalimah sy’ahadat dan alkhirnya tongkat tersebut ke angkat dan prabu kian santang pun sungkem sambil berkata ajari aku agama islam. Beliau pun pergi ke makah untuk belajar agama islam dan meninggalkan benda-benda pusaka tersebut di kampung Ciburuy ini yang sampe sekarang masih terjaga utuh ujarnya juru kunci.

Adapan larangan di Hari Selasa dan Hari Jumat yang tidak boleh ke sana di karnakan jaman dulu hari selasa di pakai buat rapat atau pertemuan antara petinngi disana atau orang orang penting, dan Hari Jumat nya di pakai buat bersih-bersih tempat disana untuk persiapan Jumatan. Dan ada upacara adat disana yang di lakukan setahun dua kali yaitu bulan Mulud dan bulan Muharam yang biasa di sebut upacara Seba.

Situs Berupa Bangunan

 Di lokasi situs purbakala Kabuyutan Ciburuy ini ditempati 5 buah bangunan berdinding bilik bambu beratap daun rumbia yang masing-masing adalah:

halaman banunan patamon

  1. Patamon merupakan bangunan berkolong ± 40 cm yang berukuran 8 m x 6 m berserambi

8 m x 4 m dengan empat buah tiang utama berukuran sekitar 4 m dan berlantaikan palupuh. Bagunan ini berfungsi sebagai tempat musyawarah adat dan menerima tamu. Di dalam patamon ini tersimpan sebuah peti berisi beberapa lembaran naskah berbahan saeh beraksara Pegon dan benda-benda pusaka berupa sebatang rotan ± 40 cm dibungkus kain warna merah-putih, dua bilah golok panjang, beberapa buah keris, sebuah cambuk, rantai logam emas, alat kecantikan, bokor tembaga, dan gamelan. Menurut penuturan kuncén ‘juru kunci’ (Sdr. Ujang Suryana), benda-benda budaya tersebut merupakan peninggalan Prabu Siliwangi dan putranya, yakni Prabu Kian santang.



Leuit atau lumbuk padi

  1.  Leuit atau lumbung padi berkolong ± 1 m yang berukuran 4 m x 2½ m.  bangunan tempat menumbuk padi yang berukuran 9 m x 3 m, berdinding bilik bambu setengah terbuka tanpa daun pintu, dan berlantai tanah.



Bumi Padaleman

  1. Padaleman, yaitu sebuah lahan berpagar dinding anyaman bambu berukuran sekitar 10 m x 50 m, terbagi ke dalam 3 ruangan berundak sama besar yang disekat dengan dinding anyaman bambu pula dan tiap-tiap ruangan itu dihubungkan dengan pintu anyaman bambu. Pada ruangan ketiga, yakni ruangan terdalam yang menempati lokasi paling atas terdapat sebuah bagungan berkolong ± 40 cm - 100 cm, berukuran 9 m x 5 m. Di dalambangunan ini tersimpan 3 buah peti kayu yang masing-masing berisi kropak dan bundelan naskah berbahan lontar dan nipah beserta benda pusaka berupa kujang, trisula, genta, dan sebagainya. Lahan padaleman ini merupakan inti dari situs kabuyutan yang berfungsi sebagai sebuah mandala, semacam lembaga pendidikan sebelum adanya tradisi pesantren pada masa Islam atau tradisi sekolah pada masa kini. Pada tingkat bawah, yaitu ruang pertama dihuni oleh para pelajar yang biasa disebut catrik atau sastrim; tingkat kedua, yaitu ruang tengah dihuni oleh para pelajar yang biasa disebut ajar; dan tingkat ketiga, yaitu ruang atas dihuni oleh para pelajar yang biasa disebut resi. Ketiga tingkat pelajar tersebut biasanya diasuh atau dibimbing oleh resiguru atau mahakawi.

Tapi sekarang tempat ini di pakai hanya untuk objek wisata bersejarah yang dimana bumi padaleman ini di pakai buat menyimpat benda benda pusaka peninggalan prabu kian santang yang terdapat 3 peti yang di dalam ketiga peti tersebuat terdapat Naskah kuno yang di ukir pakai pisau di atas daun lontar, kujang kembar, lonceng, keris, gunting, dan masih banyak lagi,kita tidak bisa menyebutkan semua di karnakan kita tidak bisa masuk kesana karna hanya bulan bulan tertentu yang bisa di masuki ke dalam bumi padaleman ini.


Pangalihan

  1.  Bumi Pangalihan tempat ini berupa bangunan kecil yang luasnya kurang lebih 2x2 m. Yang beratapan dari ijuk. Tempat ini di gunakan untuk penyimpanan benda pusaka yang di pindahkan dari bumi pedaleman saat adat atau upacara Seba di laksanakan.

Tempat patilasan atau panetepan

  1. Tempat Patilasan, Tempat ini konon katanya di pakai Prabu Kian Santang untuk melakukan ibadah sewaktu beliau sudah masuk islam. Tempat yang beralaskan dari Batu-batu yang di kelilingi dengan pagar yang terbuat dari Bambu.

Peninggalan wujud mati

  1. Naskah kuno 


Berikut naskah kuno yang disimpan di situs kabuyutan ciburuy. Karena zaman dahulu, masih sedikit orang yang mengabadikan petuahmya dalam sebuah naskah. Keberadaan naskah kuno pun menjadi benda yang amat berharga dan salah satunya kumpulan naskah kuno yang masih terjaga berada di situs kabuyutan ciburuy ini.


  1. Keris keris 







Peninggalan wujud hidup

Adapun peninggalan dari situs ciburuy merupakan keunikan lain atau ciri khas dari Kampung Ciburuy yaitu ada anak anak yang mempunyai kelainan gen,atau bisa di sebut dengan albino.



Konon katanya menurut juru kunci disana ini bukan penyakit atau isu yang beredar yaitu keturunan belanda, melainkan ini titisan dari leluhur meraka, dimana sebelum melahirkan anak-anak Albino ini mereka mendapa tkan risalah atau petunjuk lewat mimpi. Seperti yang di katakan bapak Nana atau kakanya dari juru kunci disana, beliau mendapat Risalah di mimpi yang dimana beliau di suruh memilih kopi hitam dan air santan. Beliau memilih kopi hitam yang melahirkan anak dengan kondisi kulit normal dan adiknya memilih air santan dengan melahirkan anak yang berkulit putih, Bagus nya di Kampung ini walaupun memiliki perbedaan tetapi tidak ada yang namanya Deskriminasi, melaikan hidup rukun tidak membeda-bedakan. Nah jadi menurut beliau anak yang berkulit putih ini merupakan titisan yang turun temurun dari sejak abad 7 M. Padahal kalo di liat dari segi ilmiah kelainan kulit ini atau bisa di sebut Albino ini melaikan atas dasar perubahan atau mutasi gen yang mempengaruhi produksi melanin. Melanin merupakan pigmen yang di hasilkan oleh sel melanosit yang terdapat di mata, kulit, dan rambut.

Tetapi kita juga harus menghargai kepercayaan mereka yang turun temurun dari Jaman dahulu agar terjaga kesan kemistisan nya.


KESIMPULAN

 Berdasarkan kenyataan di lapangan, dapat dipastikan bahwa Kabuyutan Ciburuy bagi masyarakat Sunda merupakan sebuah tempat karamat atau kabuyutan itu adalah situs pusat aktivitas pendidikan yang dinamakan mandala, yakni sebuah lembaga pendidikan formal pada masa sistem pemerintahan kerajaan di Sunda. Sebagai sebuah situs, dengan sendirinya tempat demikian perlu dilindungi seperti halnya dengan benda cagar budaya dan situs yang dirumuskan pada Pasal 1 ayat (2), UU No. 5/1992 yang menyatakan bahwa, ”Situs adalah lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya.” Agar tercakup dalam upaya perlindungan, rumusan situs secara redaksional selayaknya diubah. Misalnya saja menjadi ”Situs adalah lokasi yang (a) mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya, (b) oleh masyarakat setempat dianggap sebagai tempat keramat atau suci. 





DAFTAR PUSTAKA

Atja.   1968.   Tjarita Parahijangan: Naskah                       

Titilar Karuhun Urang Sunda Abad ka-16. 

Bandung: Jajasan Nusalarang.    

 ----. 1970. Tjarita Ratu Pakuan. Bandung: Lembaga Bahasa dan Sedjarah.

 Atja & Saleh Danasasmita.1981c. Amanat Galunggung: Kropak 632 dari Kabuyutan Ciburuy Bayongbong-Garut. Bandung: Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Barat.

 Ayatrohaédi, Tien Wartini, Undang A. Darsa. 1987. Kawih Paningkes dan Jatiniskala: Alihaksara dan Terjemahan. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Sunda (Sundanologi)







Komentar